Pengangge Tengenan
tutlencBlog - Aksara Bali setiap aksaranya sudah bersuara, misal menulis kata "mama" cukup diketik "ᬫᬫ". jika kamu belum tahu dan fasih tentang bentuk serta suara setiap Aksara Bali, kamu dapat membacanya di artike "Aksara Bali lengkap"
Nah, yang kita akan bahas kali ini adalah apabila kita ingin menghilangkan atau merubah suara "A" pada Aksara Bali.
Yang kita butuhkan adalah Pangangge Tengenan.
Pangangge Tengenan
Apa itu tengenan?
Tengenan adalah Aksara Bali yang fungsinya untuk mematikan suara "a" pada Aksara Bali, atau juga bisa dikatakan Aksara tengenan adalah sebuah bentukan Aksara untuk mengikat atau menutup sebuah kata yang diakhiri oleh konsonan.
Tengenan Aksara Bali inggih punika aksara wianjana sane nengen,
kasinahang antuk pangangge tengenan miwah gantungan utawi gempelan.
Tengenan nga ᬗ
Tengenan Aksara nga mawasta Cecek " ᬂ "
Tengenan nga ring panguntat kruna patut kasurat "cecek"
Uger-uger tengenan nga
1. Apabila huruf "ng" yang terletak pada akhir kata, maka ditulis atau berubah menjadi cecek ( ᬂ᭞)
contoh:
jurang | ᬚᬸá¬ᬂ᭞ |
sedang | ᬲᭂᬤᬂ᭞ |
ladang | ᬮᬤᬂ᭞ |
malang | ᬫᬮᬂ᭞ |
tukang | ᬢᬸᬓᬂ᭞ |
2. Seluruh kata dasar yang terdiri atas suku kata yang sama dan keduanya berakhiran dengan huruf "ng", Maka penulisan huruf"ng" berubah menjadi"cecek" walaupun kata tersebut telah mendapatkan sisipan
contoh:
1. kata dasar
dengdeng | ᬤᬾᬂᬤᬾᬂ᭞ |
ganggang | ᬕᬂᬕᬂ᭞ |
congcong | ᬘᭀᬂᬘᭀᬂ᭞ |
kongkong | ᬓᭀᬂᬓᭀᬂ᭞ |
dangdang | ᬤᬂᬤᬂ᭞ |
2. kata dasar yang sudah mendapatkan sisipan
klungkung | ᬓ᭄ᬮᬸᬂᬓᬸᬂ᭞ |
brengbeng | ᬩ᭄á¬ᬾᬂᬩᬾᬂ᭞ |
crongcong | ᬘ᭄á¬ᭀᬂᬘᭀᬂ᭞ |
slingsing | ᬲ᭄ᬮᬶᬂᬲᬶᬂ᭞ |
crangcang | ᬘ᭄á¬ᬂᬘᬂ᭞ |
3. Huruf "ng" yang terletak didalam sebuah kata, Aksara "nga" tidak berubah menganjadi "cecek"
contoh:
tinggal | ᬢᬶᬗ᭄ᬕᬮ᭄᭞ |
langka | ᬮᬗ᭄ᬓ᭞ |
dangkal | ᬤᬗ᭄ᬓᬮ᭄᭞ |
bengkel | ᬩᬾᬗ᭄ᬓᬾᬮ᭄᭞ |
mangkal | ᬫᬗ᭄ᬓᬮ᭄᭞ |
4. Aksara tengenan "cecek" dapat digunakan ditengah kata dasar untuk menghindari Aksara tumpuk telu (Aksara Bali tumpang tiga)
contoh:
sungklit | ᬲᬸᬂᬓ᭄ᬮᬶᬢ᭄᭞ |
cangkling | ᬘᬂᬓ᭄ᬮᬶᬂ᭞ |
nengkleng | ᬦᬾᬂᬓ᭄ᬮᬾᬂ᭞ |
nengkluk | ᬦᭂᬂᬓ᭄ᬮᬸᬓ᭄᭞ |
nyungkling | ᬜᬸᬂᬓ᭄ᬮᬶᬂ᭞ |
5. Nama daerah yang memiliki huruf "ng" ditengah kata, namun sebenarnya berasal dari dua kata, huruf "ng" tersebut dapat dirubah menjadi "cecek"
contoh
Pangkungtibah | ᬧᬗ᭄ᬓᬸᬂᬢᬶᬩᬄ᭞ |
Pangkungkarang | ᬧᬗ᭄ᬓᬸᬂᬓá¬ᬂ᭞ |
Tulangnyuh | ᬢᬸᬮᬂᬜᬸᬄ᭞ |
Tengenan ra
Tengenan ra madan surang
Uger-uger tengenan ra
Seluruh huruf "r" pada sebuah kata berubah menjadi "surang", walaupun posisinya ditengah kata atau akhir kata.
contoh:
mekar | ᬫᭂᬓᬃ᭞ |
terbang | ᬢᭂᬃᬩᬂ᭞ |
gelar | ᬕᭂᬮᬃ᭞ |
kartu | ᬓᬃᬢᬸ᭞ |
barbar | ᬩᬃᬩᬃ᭞ |
Tengenan Ha
tengenan h madan bisah
Uger-uger tengenan ha
1. Huruf "h" pada akhir kata ditulis menggunakan "bisah"
contoh:
pisah | ᬧᬶᬲᬄ᭞ |
basah | ᬩᬲᬄ |
resah | ᬋᬲᬄ᭞ |
gelisah | ᬕᭂᬮᬶᬲᬄ᭞ |
desah | ᬤᭂᬲᬄ᭞ |
2. Kata dasar yang terdiri atas suku kata berulang dengan akhiran "h" penulisannya menggunakan "bisah" walaupun kata tersebut telah mendapatkan sisipan
contoh:
cahcah | ᬘᬄᬘᬄ᭞ |
kehkeh | ᬓᬾᬄᬓᬾᬄ᭞ |
sohsoh | ᬲᭀᬄᬲᭀᬄ᭞ |
kahkah | ᬓᬄᬓᬄ᭞ |
kihkih | ᬓᬶᬄᬓᬶᬄ᭞ |
3. Apabila terdapat huruf "h" ditengah kata dasar dan suku katanya tidak berulang, maka huruf "h" tersebut tidak boleh dirubah menjadi "bisah"
contoh:
cihna | ᬘᬶᬳ᭄ᬦ᭞ |
bahmi | ᬩᬳ᭄ᬫᬶ᭞ |
lahru | ᬮᬳ᭄á¬ᬸ᭞ |
brahma | ᬩ᭄á¬ᬵᬳ᭄ᬫ᭞ |
brahmana | ᬩ᭄á¬ᬵᬳ᭄ᬫᬡ᭞ |
4. Nama lokasi yang disinyalir tediri atas dua kata bisa menggunakan "bisah"
contoh:
asahduren
ᬳᬲᬄᬤᬸá¬ᬾᬦ᭄᭞
asahgobleg
ᬳᬲᬄᬕᭀᬩ᭄ᬮᬾᬕ᭄᭞
4. Tengenan adeg-adeg
a. Tengenan adeg-adeg digunakan pada seluruh akhir penulisan kata
contoh:
katak | ᬓᬢᬓ᭄᭞ |
buluk | ᬩᬸᬮᬸᬓ᭄᭞ |
kuluk | ᬓᬸᬮᬸᬓ᭄᭞ |
medal | ᬫᭂᬤᬮ᭄᭞ |
contoh:
dugase nulis lamaran, I Nyoman mecik pelengan.
ᬤᬸᬕᬲᬾᬦᬸᬮᬶᬲ᭄ᬮᬫá¬á¬¦᭄᭞ᬳᬶᬜᭀᬫᬦ᭄ᬫᭂᬘᬶᬓ᭄ᬧᬾᬮᬾᬗᬦ᭄᭟
embokne ngadep poh di peken.
ᬳᭂᬫ᭄ᬩᭀᬓ᭄ᬦᬾᬗᬤᭂᬧ᭄ᬧᭀᬄᬤᬶᬧᭂᬓᭂᬦ᭄᭟
c. Tengenan adeg-adeg dapat digunakan di dalam sebuah kata dasar untuk menghindari Aksara tumpang tiga
contoh:
tamblang | ᬢᬫ᭄ᬩ᭄ᬮᬂ᭞ |
samblung | ᬲᬫ᭄ᬩ᭄ᬮᬸᬂ᭞ |
gemblong | ᬕᬾᬫ᭄ᬩ᭄ᬮᭀᬂ᭞ |
tamblingan | ᬢᬫ᭄ᬩ᭄ᬮᬶᬗᬦ᭄᭞ |
d. Tengenan adeg-adeg juga dapat digunakan ditengah kalimat saat mengakhiri sebuah kata dengan tujuan mempertahankan baik itu makna dan aturan yang mengatur penulisan kata tersebut tetap terjaga.
contoh:
I Ketut Garing
ᬳᬶᬓᭂᬢᬸᬢ᭄ᬕá¬ᬶᬂ᭟
watek kesatriyane ngamuk.
ᬯᬢᭂᬓ᭄ᬓ᭄ᬱᬢ᭄á¬ᬶᬬᬦᬾᬗᬫᬸᬓ᭄᭟
e. Tengenan adeg-adeg disarankan untuk bisa digunkan ditengah kalimat untuk mengakhiri sebuah kata agar tidak menimbulkan makna ambigu pada kalimat tersebut.
contoh:
Sira sane ngemit rain Idane?
ᬲᬶá¬á¬²á¬¦ᬾᬗᭂᬫᬶᬢ᭄á¬á¬³ᬶᬦᬶᬤᬦᬾ᭟
makna: Siapa yang menjaga Adik beliau
Apabila tidak dipenggal dengan menggunakan adeg-adeg bisa menimbulkan makna yang berbeda.
ᬲᬶá¬á¬²á¬¦ᬾᬗᭂᬫᬶᬢ᭄á¬á¬³ᬶᬦᬶᬤᬦᬾ᭟
bisa bermakna : siapa yang menyelingkuhinya.
5. Polih gantungan utawi gempelan.
Untuk penulisan kata atau kalimat yang berakhiran dengan konsonan (nengen) yang terletak didalam kata dan kalimat tersebut, maka penulisannya menggunakan gantungan atau gempelan
Contoh:
bakti | ᬪᬓ᭄ᬢᬶ᭞ |
sampi | ᬲᬫ᭄ᬧᬶ᭞ |
Ulian covid sing nyidang masuk.
ᬳᬸᬮ᭄ᬬᬦ᭄᭞ᬓᭀᬧᬶᬤ᭄᭞ᬲᬶᬂᬜᬶᬤᬂᬫᬲᬸᬓ᭄᭟
6. Tengenan majalan
Tengenan majalan sering ditemukan pada kalimat yang tersusunan atas pertemuan dua kata, dimana kata yang terletak didepan berakhiran dengan huruf konsonan dan diikuti oleh kata yang diawali oleh huruf vocal. Namun tidak menyebabkan makna ganda, arti makna sulit dipahami ataupun merubah makna dari maksud kalimat tersebut dibuat.
Upami:
rain idane | á¬á¬³ᬶᬦᬶᬤᬦᬾ᭞ |
sampat ijuk | ᬲᬫ᭄ᬧᬢᬶᬚᬸᬓ᭄᭞ |
Upami:
alun-alun | ᬳᬮᬸᬦᬮᬸᬦ᭄᭞ |
jebug arum | ᬚᭂᬩᬸᬕá¬ᬸᬫ᭄᭞ |
b. Tengenan majalan sering dipakai dalam kekawin untuk menetapkan dan tidak merubah ritma guru-lagu pada kekawin.
Post a Comment
mari bertukar pikiran dikolom komentar