PULAU MENJANGAN, PASEBAN AGUNG PARA RESHI MEMBAHAS NUSANTARA

Bali seperti sudah sekian kali saya menuliskan tentang kesejarahannya sebagai pusat destinasi spiritual oleh bangsa dan kerajaan besar diseluruh belahan bhumi karena spesifikasi alamnya yang memiliki kualitas energi yang sangat sempurna sebagai pembebasan atas kemelekatan duniawi.

Tidak bisa diukur tahunnya ketika Raja Maha Bali mampu menghubungkan ketiga planet ( purusha ) sebagai perlintasan spirit sejatinya untuk menunjukan kekuatan diri sebagai manusia tangguh, manusia berteknologi tinggi serta manusia super genius.

Ketiga purusha tersebut adalah planet Bhumi/Bhuta, planet Cahaya/Surya dan planet Buddha/Kesadaran. Sistem melintasi planet ini merupakan kemampuan bathin manusia yang sangat canggih serta integral dengan pemasangan kabel dan nirkabel diantara inti planet purusha tersebut.

Tak terkecualikan ketika akan dirancang sebuah kerajaan besar yang bernama Majapahit, oleh para ksatria terpilih dari keturunan Wangsa Kahuripan, Wangsa Kediri dan Wangsa Bali. Seluruh rancang bangun kekuatan, termasuk siapa yang akan menjadi raja, menjadi panglima dan rencana lokasi pembangunan istana dilakukan ditanah Bali ini.

Penyeberangan fisik yang misterius dilakukan oleh para ksatria yang selalu didampingi oleh para reshi yang mumpuni dibidang tata pemerintahan. Penyeberangannya tiada lain adalah antara Watu Dadal ( Dodol ) Banyuwangi dan Segara Rupek Bali, dengan dermaga niskala yang dikenal Prapat Agung.

Sebagai dermaga penyeberangan pada saat itu bukanlah alat dan prasarana moderen yang dipersiapkan, namun sebuah dermaga niskala atau dermaga maya yang terbuat dari berbagai ritual agar para penyebrangnya dapat ringan untuk melangkahkan kakinya berjalan diatas air laut antara Bali dan Banyuwangi.

Dermaga niskala ini adalah sebuah rangkaian dan rancangan ritual dan formulasi bathin oleh para reshi dimasa itu, yang juga menciptakan kapal - kapal niskala juga. Kapal niskala berwujud rangkaian yantra berhulu empat, ibarat vajra sungsang yang dipegang oleh babi di setiap ujungnya.

Waraha adalah hewan niskala yang sangat memegang peranan penting pada keseimbangan bhumi, itulah yang tertulis pada Wishnu Purana. Maka itu pantaslah babi dipakai penyeimbang roda vajra sungsang sebagai kapal penyebrangan para reshi dan ksatria menyebrang ke tanah bali saat itu. Legenda daun sente yang berarti lingkaran merah, adalah kendaraan Ida Danghyang Siddhi Mantra, dan para reshi lainnya adalah Vajra Sungsang sejatinya.

Vajra Sungsang adalah kendaraan spirit yang bisa dinahkodai baik dialam bhuta, alam para dewa maupun dialam pembebasan yakni pada kesadaran tertinggi. Kendaraan ini memiliki kekuatan penuh pada keseimbangan keempat sisi-sisi dengan energi penggerak yang berasal dari pertanggungjawaban moral sebagai mahluk bhumi atas kelangsungan hidup mahluk lainnya.

Pulau Menjangan adalah Mahkota Tanah Bali tempat dimana pemikiran besar dibahas disitu, direncanakan sampai menghasilkan kesimpulan. Untuk dapat diingat dan selalu menghormati jasa-jasa para reshi dikala itu maka sampai saat ini kami yang beragama kuno memuja para reshi di sanggar pamujaan kami dengan lambang kepala menjangan lengkap dengan tanduknya yang sangat menawan.

Sebagai aplikasi penggali dan penekun ajaran kuno nusantara yaitu tantra, maka sudah selayaknya dermaga niskala atau prapat agung segera harus dibangkitkan lagi sebagai sarana penyebrangan para ksatria agung dalam hal ini pengemban amanah nusantara baik yang masih bertubuh fisik maupun yang telah bertubuh rohani, namun keberadaan mereka masih berada di wilayah alam Nusantara ini.

Berkenaan dengan pemilihan umum yang sangat mengkhawatirkan saat ini, dimana keberadaan keyakinan Nusantara dengan aliran hindu-budha dan aliran kepercayaan kejawen yang memungkinkan mendapat tekanan dari idiologi perusak yang memiliki kekuatan besar, maka akan penting dilakukan ritual Prapat Agung dan pemujaan Para Ksatria Jawa di Pulau Menjangan sebagai pembangkitan energi niskala agar para reshi beserta para ghaib tanah Jawa dan Bali bisa bersatu menyatukan kekuatan untuk melawan idiologi perusak Pancasila diatas tanah Nusantara ini.

Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti.......Jayalah Nusantara - Jayalah Pancasila.