Mengapa orang hindu di bali kebanyakan tidak punya kitab weda dirumahnya



Kenapa masyarakat hindu bali tidak ada yang memiliki kitab suci weda ?

Jawabannya adalah karena seluruh aspek kehidupan masyarakat Hindu Bali adalah aplikasi dari Wedangga ( sub bagian Upaweda, Weda Smerti ), sebagai landasan sederhana memahami weda yang begitu sukar difahami oleh masyarakat standar.

Untuk itu para leluhur menyajikan yang lebih mudah dan memiliki unsur sosial yang sangat sempurna sebagai agama yang mapan, apa saja itu ;

Nirukta ; seluruh aktifitas masyarakat berdasarkan atas arahan sastra dan guru sebagai kiblat beraktifitas.

Siksha ; seluruh perwujudan dari model berketuhanan masyarakat Hindu Bali menggunakan sandi sandi rahasia untuk membuat segala wujud tersebut metaksu dan tidak gampang difahami sebagai wujud murahan. 

Chanda ; banyak aktifitas masyarakat dilakukan dengan berkesenian serta melantunkan lagu lagu nyanyian ( kirtanam dalam istilah sampradaya ) sebagai cara melakukan puja kepada tuhan.

Jyotisha ; seluruh aktifitas hidupnya berdasarkan atas waktu yang baik ( devasya ) dan arahan kala-ider ( kalender padewasan ).

Kalpa ; hampir keseluruhan praktek yajnya atau upacara diwujudkan dalam bentuk niyasa atau simbul simbul ketuhanan, dalam hal ini dinyatakan sebagai instalalsi spiritual yang sama dengan kualitas para brahmananya.

Whakarana ; seluruh kalimat kalimat para orang tua selalu berdasarkan tata bahasa yang bijaksana dengan segala unsur ajaran susila ( dharmasastra ).

Saat ini banyak yang terjebak pada sistem agama samawi dimana kitab suci adalah cara paling baik dalam menunjukan dirinya sebagai beragama yang benar.

Itulah model sampradaya yang sangat naif ( kekanak kanakan ) dimata kami sebagai masyarakat penggali ajaran kuno dan pengemban tradisi leluhur yang sejatinya adalah weda terapan yang mudah dan bisa dilaksanakan oleh siapa saja.

Salam Bali Kuno.