Kruna dwi lingga

Bentuk kata ulang dalam bahasa bali dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok

1. kata ulang murni (kruna dwi sama lingga

yaitu kata ulang yang mengulang secara keseluruhan kata aslinya
contohnya:

  • sai-sai
  • jerit-jerit
  • jalan-jalan

2. kata ulang berubah bunyi (kruna dwi samatra lingga

yaitu kata ulang yang mana terjadi perubahan pada huruf vocalnya dalam pengulangan katanya.
contohnya
  • tolah tolih
  • dengak dengok
  • sledat-sledet

3. kata ulang yang merupakan kata dasar (kruna dwi maya lingga)

adalah kata ulang yang anggota unsurnya tidak dapat diingat lagi bentuk asalnya, dengak kata lain satu kata dari kata ulang tersebut tidak memiliki arti jika tidak disandingkan dengan pengulangannya.
contohnya:
  • uncah-ancih
  • ugal-agil
  • kulang-kaling
  • kilang-kilung

4. kata ulang sebagian dengan pengulangan suku pertama bentuk dasar (kruna dwi purwa)

contohnya:
  • sate-sate = sesate
  • sumbar-sumbar = sesumbar
  • lampah-lampah = lelampahan

5. kata ulang sebagian dengan pengulangan suku akhir bentuk dasar (kruna dwi wesana)

contohnya:
  • cebur = paceburbur
  • kecos = pakecoscos
  • ketel = paketeltel

6. kata ulang berimbuhan

adalah kata ulang yang mendapat imbuhan baik awalan, sisipan, dan akhiran
contohnya:
  • katulung-tulung
  • ngutang-ngutang
  • turun-tumurun


***sumber kurang diketahui (cover buku hilang)
di cetak: di denpasar 21 oktober 1983