Memahami Dwita dalam Aksara Bali

tutlencBlog - dipembahasan sebelumnya dibahas mengenai pasang aksara. Dan kali ini spesial membahas mengenai Aksara Bali ma Dwita. yaitu penulisan aksara Bali secara double dalam satu kata. misal dalam kata ᬓᬃᬫ᭄ᬫ᭟

Yang akan kita analisis adalah proses pembentukan aksara bali tersebut mengapa bisa demikian. Dan kira-kira apa sebabnya sebuah aksara bisa di tuliskan madwita atau double.

Dan kita akan juga menganalisis per Aksara. apakah semua Aksara Bali ada bentuk dwitanya dalam sebuah kata. Atau cuma beberapa Aksara saja.

yuk kita check it out.

Dwita Aksara Bali


table1.

ᬅᬦ᭄ᬦᬧᬢᬶ᭟ᬉᬢ᭄ᬧᬦ᭄ᬦ᭟ᬓᬶᬦ᭄ᬦᬭ᭟ᬪᬶᬦ᭄ᬦ᭟ᬧᬦ᭄ᬦᬕ᭟ᬭᬹᬧᬲᬫ᭄ᬧᬦ᭄ᬦ᭟ᬲᬵᬦ᭄ᬦᬶᬓᬃᬱ᭟
Anipata
Utpana
kinara
bina
panaga
rupasampana
sanikarsa

table2.

ᬅᬃᬡ᭄ᬡᬯ᭟ᬘᬹᬃᬡ᭄ᬡ᭟ᬖᬹᬃᬡ᭄ᬡᬶᬢ᭟ᬚᬃᬡ᭄ᬡᬶᬄ᭟ᬚᬷᬃᬡ᭄ᬡ᭟ᬓᬃᬡ᭄ᬡ᭟ᬲᬓᬶᬃᬡ᭄ᬡ᭟ᬧᬹᬃᬡ᭄ᬡ᭟ᬧᬹᬃᬡ᭄ᬡᬫᬵ᭟ᬰᬷᬃᬡ᭄ᬡ᭟ᬊᬃᬡ᭄ᬡᬵ᭟ᬯᬃᬡ᭄ᬡ᭟
Arnawa
curna
gurnita
jarnih
jirna
karna
skirna
purna
purnama
sirna
urna
warna

Analisis:

  1. Rangkepan Aksara ᬦ᭄ᬦ seperti terlihat pada tabel1. Menunjukan bahwa dwita ᬦ᭄ᬦ perumusan pasang aksaranya masih sulit untuk ditemukan karena kurang jelasnya apa yang menyebabkan rangkepan tersebut digunakan. Misal kita melihat Aksara didepan atau dibelakang rangkepan itu, sama sekali tidak memberikan petunjuk dan gambaran pembentukkanya.
  2. Rangkepan Aksara ᬡ᭄ᬡ seperti terlihat pada table2. Dari keseluruhan kata yang terkumpul dalam kamus pasang pageh yaitu sekitar 11rb+ kata, hampir 100% ditemukan bentukkan rangkepan  itu ditemukan ketika "ada Aksara    didepan aksara "

by: tutlencBlog


Table1.

ᬅᬃᬘ᭄ᬘᬡ᭟ᬅᬢ᭄ᬬᬸᬘ᭄ᬘ᭟ᬘᬃᬘ᭄ᬘᬵ᭟᭖ᬓᬵᬃᬘ᭄ᬘ᭟ᬚᬦᬵᬃᬘ᭄ᬘ᭟ᬫᬹᬃᬘ᭄ᬘᬵ᭟ᬫ᭄ᬮᬾᬘ᭄ᬘᬚᬵᬢᬶ᭟ᬫᬳᭀᬘ᭄ᬘ᭟ᬧᬃᬘ᭄ᬘᬬ᭟ᬧᬸᬘ᭄ᬘ᭟ᬧ᭄ᬭᬵᬬᬘ᭄ᬘᬶᬢ᭄ᬢ᭟ᬲ᭄ᬯᬾᬘ᭄ᬘᬵ᭟ᬢᬸᬘ᭄ᬘ᭟ᬉᬘ᭄ᬘ᭟
Anipata
Atyaca
carca
Ekarca
jakarca
murca
mlecajati
mahoca
parcaya
puca
prayacita
sweca
tuca
Uca


Table2.

ᬬᬣᬾᬘ᭄ᬙ᭟ᬯᬶᬘ᭄ᬙᬾᬤ᭟ᬉᬘ᭄ᬙᬶᬱ᭄ᬝ᭟ᬢᬸᬘ᭄ᬙᬚᬵᬢᬶ᭟ᬲᬾᬘ᭄ᬙ᭟ᬅᬘ᭄ᬙᬾᬤ᭄ᬬ᭟ᬕᬸᬘ᭄ᬙᬓ᭟ᬇᬘ᭄ᬙᬵ᭟ᬫ᭄ᬮᬾᬘ᭄ᬙ᭟
yaseca
wicada
Ucista
tucajati
seca
Acedya
gucaka
Ica
mleca

Analisis:

  1. Dwita ᬘ᭄ᬘ ditemukan saat ada "aksara surang di depan aksara ca"
  2. Dwita ᬘ᭄ᬙ ditemukan di beberapa kata namun perumusannya masih belum bisa di tentukan.
  3. Coba perhatika kata "mlecajati" dan kata "mleca" dwitta nya berbeda. Ada 2 kemungkinan. pertama kemungkinan pengetahuan aturan penulisan sipenulis berbeda, kedua kemungkinan kedua kata tersebut adalah kata dasar yang memang memiliki bentuk dwitta yang berbeda.

by: tutlencBlog


Table1.

ᬅᬃᬓ᭄ᬓ᭟ᬥᬶᬓ᭄ᬓᬵᬭ᭟ᬫᬹᬃᬓ᭄ᬓ᭟ᬢᬃᬓ᭄ᬓ᭟
Arka
dikara
murka
tarka

Analisis:

  1. Dwita ᬓ᭄ᬓ ditemukan ketika ada Aksara surang di depan Aksara Ka (sebagian besar). Baru ditemukan kata Dikara saja ditemukan Dwita ᬓ᭄ᬓ tanpa ada Aksara surang didepan Aksara Ka.
  2. Belum ditemukan Dwita pada Aksara

by: tutlencBlog


Table1.


ᬅᬃᬤ᭄ᬥᬦ᭟ᬕᬃᬤ᭄ᬥ᭟ᬓᬃᬤ᭄ᬥᬫ᭟ᬫᬹᬃᬤ᭄ᬥ᭟ᬧ᭄ᬭᬲᬶᬤ᭄ᬥ᭟ᬭᬸᬤ᭄ᬥ᭟ᬰ᭄ᬭᬤ᭄ᬥᬵ᭟ᬯᬺᬤ᭄ᬥᬶ᭟
Ardana
garda
kardama
murda
prasida
ruda
srada
wredi

Table2.

ᬬᬸᬤ᭄ᬥ᭟ᬉᬤ᭄ᬥᬵᬭ᭟ᬲᬶᬤ᭄ᬥ᭟ᬚᬕᬤ᭄ᬥᬶᬢ᭟ᬩᬤ᭄ᬥ᭟ᬩᬸᬤ᭄ᬥ᭟
yuda
Udara
sida
jagadita
bada
buda

Analisis:

  1. Kalau kita melihat table1. maka dengan sangat mudah dirumuskan Dwita ᬤ᭄ᬥ pada penulisan sebuah kata. Yaitu Dwita ᬤ᭄ᬥ akan dituliskan apabila didepan aksara Da ada aksara Ra (beserta bentuk turunannya).
  2. Namun ketika kita bandingkan dengan table2. maka Dwita ᬤ᭄ᬥ juga bisa ditemuka pada kata yang sebelum aksara Da tidak terdapat aksara Ra
  3. Belum ditemukan Dwita ᬤ᭄ᬤ ataupun ᬥ᭄ᬥ

by: tutlencBlog


Table1.

ᬆᬃᬢ᭄ᬢ᭟ᬥᬹᬃᬢ᭄ᬢ᭟ᬓᬵᬃᬢ᭄ᬢᬶᬓ᭟ᬫᬹᬃᬢ᭄ᬢᬶ᭟ᬦᬃᬢ᭄ᬢᬦ᭟ᬧᬹᬃᬢ᭄ᬢ᭟ᬲᬪᬃᬢ᭄ᬢᬵ᭟ᬯᬃᬢ᭄ᬢ᭟
Arta
Durta
kartika
murti
nartana
purta
sabarta
warta

Table2.

ᬆᬧᬢ᭄ᬢᬶ᭟ᬘᬶᬢ᭄ᬢ᭟ᬤᬢ᭄ᬢ᭟ᬕᬸᬡᭀᬢ᭄ᬢᬫ᭟ᬫᬢ᭄ᬢ᭟ᬦᬶᬫᬶᬢ᭄ᬢ᭟ᬧᬢ᭄ᬢᬶ᭟ᬉᬢ᭄ᬧᬢ᭄ᬢᬶ᭟
Apati
cita
data
gunatama
mata
dimita
pati
Utpati

Table3.

ᬅᬰᬢ᭄ᬣ᭟ᬉᬢ᭄ᬣᬦᬵ᭟
Asata
Utana

Table4.

ᬅᬝ᭄ᬝᬳᬵᬲ᭟ᬪᬝ᭄ᬝᬕᬡ᭟ᬘᭂᬝ᭄ᬝ᭟᭖ᬓᬧᬝ᭄ᬝᬓ᭟᭖ᬝ᭄ᬝᬳᬵᬲ᭟
Atahasa
Batagana
ceta
Ekapataka
Etahasa

Analisis:

  1.  Pada Table1. Dwita pada Aksara bisa kita rumuskan dengan patokan "ketika didepan aksara terdapat aksara   maka tersebut menjadi double.ᬢ᭄ᬢ
  2. Pada Table2. Dwita pada Aksara ternyata tidak bisa kita rumuskan seperti analisis diatas, bisa dikatakan perumusan Pasang Aksara diatas gugur atau dibuat pengecualian terhadap beberapa kata, misal pada Table2., Table3., Table4.

by: tutlencBlog


Table1.

ᬤᬸᬰ᭄ᬰᬷᬮ᭟ᬦᬶᬰ᭄ᬰᬮ᭟ᬦᬶᬰ᭄ᬰᬾᬱ᭟
Dusila
Nisala
Nisesa

Dari tabel di atas bisa disimpulkan untuk sementara Dwita ᬰ᭄ᬰ berpatokan pada Pasang Pageh saja, perumusan Pasang Aksaranya masih sangat sulit ditentukan dan seperti tidak ada celah bagaimana penulis terdahulu merumuskan dwita ᬰ᭄ᬰ ini.

by: tutlencBlog


Table1.

ᬕᬦ᭄ᬥᬃᬯ᭄ᬯ᭟ᬕᬃᬯ᭄ᬯᬶᬢ᭟ᬧᬃᬯ᭄ᬯ᭟ᬧᬃᬯ᭄ᬯᬦᬷ᭟ᬧᬃᬯ᭄ᬯᬢ᭟ᬧᬸᬃᬯ᭄ᬯ᭟ᬲᬃᬯ᭄ᬯᬪᬹᬢ᭟ᬯ᭄ᬯᬷᬢ᭄᭟
Gandarwa
Garwita
Parwa
Parwani
Parwata
Purwa
Sarwabuta
Wit

Analisis:

  1. Hampir 90% kata yang memiliki kombinasi "surang + wa" maka, Aksara menjadi ᬯ᭄ᬯ
  2. Ditemukan beberapa dwita ᬯ᭄ᬯ pada kata yang berawalan "wa" tanpa kombinasi "surang + wa"

by: tutlencBlog


Table1.

ᬯᬮ᭄ᬮᬶ᭟ᬫᬮ᭄ᬮ᭟ᬪᬮ᭄ᬮ᭟
wali
mala
bala

Dwita pada Aksara sangat sedikit ditemukan, dan polanya juga belum bisa diungkap mengapa dalam kata tersebut [Table1.] Aksara menjadi ᬮ᭄ᬮ

by: tutlencBlog


Table1.

ᬘᬃᬫ᭄ᬫ᭟ᬥᬃᬫ᭄ᬫ᭟ᬥᬵᬃᬫ᭄ᬫᬶᬓ᭟ᬓᬃᬫ᭄ᬫ᭟ᬓᬹᬃᬫ᭄ᬫ᭟
carma
darma
darmika
karma
kurma

table2.

ᬊᬃᬫᬶ᭟ᬢᬃᬫᭀᬮᬶ᭟ᬦᬶᬃᬫᬮ᭟ᬦᬶᬃᬫᬸᬓ᭄ᬢ᭟
Urmi
tarmoli
nirmala
nirmukta

Analisis:

  1. Dari sekian data yang dikumpulkan hampir 100% dwita ᬫ᭄ᬫ ditemukan ketika kombinasi "surang + ma".
  2. Belum ada ditemukan Dwita ᬫ᭄ᬫ tanpa di awali Aksara   
  3. Namun ada beberapa kata yang kombinasi "surang + ma" dimana Aksara tidak berubah menjadi ᬫ᭄ᬫ ada kemungkinan kata tersebut tersusun atas lebih dari satu kata.

by: tutlencBlog


Table1.

ᬅᬃᬕ᭄ᬖ᭟ᬤᬸᬃᬕ᭄ᬕ᭟ᬫᬵᬃᬕ᭄ᬕ᭟ᬲᬃᬕ᭄ᬕ᭟ᬲ᭄ᬯᬃᬕ᭄ᬕ᭟ᬯᬃᬕ᭄ᬕ᭟
Arga
durga
marga
sarga
swarga
warga

Table2.

ᬅᬃᬕᬥ᭟ᬫᬵᬃᬕᬡ᭟ᬫᭂᬃᬕ᭟ᬦᬶᬃᬕᬸᬡ᭟ᬧᬃᬕᬶᬮ᭟
Argada
margana
merga
nirguna
pargila

Analisis:

  1. Pada [Table1.] menunjukkan kombinasi "surang + ga" mengubah Aksara menjadi ᬕ᭄ᬕ hanya ditemukan dua kata menjadi Dwita ᬕ᭄ᬖ.
  2. Pada [Table2.] kombinasi "surang + ga " tidak mengubah Aksara menjadi ᬕ᭄ᬕ kemungkinan kata tersebut tersusun atas lebih dari satu kata.

by: tutlencBlog


Table1.

ᬕᬃᬩ᭄ᬪ᭟ᬤᬃᬩ᭄ᬪ᭟ᬕᬃᬩ᭄ᬪᬶᬦᬷ᭟
garba
darba
garbini

Anlisis:

  1. Dwita pada Aksara sangat sedikit ditemukan. 
  2. Dari sekian data yang dikumpulkan proses pembentukanya yaitu "surang + ba" menjadi ᬩ᭄ᬪ dan tidak menjadi ᬩ᭄ᬩ

by: tutlencBlog


Table1.

ᬅᬃᬧ᭄ᬧᬡ᭟ᬤᬃᬧ᭄ᬧᬦ᭟ᬲᬃᬧ᭄ᬧ᭟ᬢᬃᬧ᭄ᬧᬦ᭟
Arpana
darpana
sarpa
tarpana

Table2.

ᬓᬵᬃᬧᬡ᭄ᬬ᭟ᬦᭂᬃᬧ᭟ᬦᭂᬃᬧᬢᬶ᭟ᬢᬃᬧ᭟
kapania
nerpa
nerpati
tarpa

Analisis:

  1. Dwita ᬧ᭄ᬧ dilihat dari contoh [Table1.] dapat disimpulkan, ketika "surang + pa" maka Aksara menjadi ᬧ᭄ᬧ
  2. Tidak semua kombinasi antara "surang + pa" merubah  Aksara menjadi ᬧ᭄ᬧ [Table2.]
  3. Belum ada ditemukan Dwita pada Aksara

by: tutlencBlog


table1.

ᬅᬃᬚ᭄ᬚᬸᬦ᭟ᬤᬸᬃᬚ᭄ᬚᬦ᭟ᬕᬃᬚ᭄ᬚᬶᬢ᭟ᬲᬵᬃᬚ᭄ᬚᬯ᭟ᬢᬃᬚ᭄ᬚᬦ᭟ᬯᬶᬲᬃᬚ᭄ᬚ᭟ᬅᬃᬚ᭄ᬚᬦ᭟
Arjuna
Durjana
Garjita
Sarjawa
tarjana
wisarja
Arjana

Semua kata yang memiliki kombinasi "surang + ja", Aksara berubah menjadi Dwita ᬚ᭄ᬚ

by: tutlencBlog


Table1.

ᬆᬘᬵᬃᬬ᭄ᬬ᭟ᬆᬃᬬ᭄ᬬ᭟ᬤᬸᬃᬬ᭄ᬬᬦ᭄᭟ᬓᬃᬬ᭄ᬬ᭟ᬫᬢ᭄ᬲᬃᬬ᭄ᬬ᭟ᬯᬷᬃᬬ᭄ᬬ᭟ᬲᬹᬃᬬ᭄ᬬ᭟
Acarya
Arya
duryan
karya
matsarya
wirya
surya

Hampir Semua kata yang memiliki kombinasi "surang + ya", Aksara berubah menjadi Dwita ᬬ᭄ᬬ

by: tutlencBlog


  1. Kombinasi antara "surang + aksara [...]" akan merubah Aksara tersebut menjadi Dwita
  2. Aksara seperti "ᬳ᭞ᬭ᭞ᬗ᭞" atau bisa dikatakan Aksara yang memiliki bentuk Tengenan "ᬄ᭞ᬃ᭞ᬂ᭞" tidak mengalami perubahan menjadi Dwita atau belum ditemukan beraksara Dwita
  3. Ada beberapa kata yang tidak mengikuti pola "surang + Aksara [...]" memiliki bentuk Dwita

dalam uger-uger disebutkan sebagai berikut:

Dwita malarapan antuk surang nenten kemanggehang

dari Aturan yang sudah disepakati tersebut, 

maka Dwita:

  1. Dihapuskan dalam penulisan aksara Bali yang apabila pembentukan Dwita tersebut berdasarkan rumus "surang + Aksara [...]". 
  2. Dwita tetap dituliskan apabila Dwita yang terbentuk tanpa di awali oleh proses kombinasi "surang + Aksara [...]
  3. Kata-kata yang tetap menggunakan Dwita merujuk pada kata-kata dalam bahasa jawa kuna dan sansekerta.

Rumpi beberapa sahabat:

Dwita tetap dituliskan sesuai teks aslinya [Jawa Kuno dan Sansekerta] namun disisi lain Dwita tidak ditulis sesuai teks aslinya (karena Dwita perumusannya bisa ditentukan "surang + Aksara [...]). 

Itu artinya di satu sisi "mengikuti pasang pageh disisi lain menentang pasang pageh"


Mengapa perumusan yang mudah tersebut tidak di pertahankan saja?

  1. Mudah dirumuskan sehingga mudah dipahami.
  2. Tidak melenceng dari teks aslinya
  3. Bisa dibuatkan aturan Pasang Aksaranya "surang + Aksara [...]" berubah menjadi Dwita, kecuali Aksara yang memiliki bentuk tengenan.
  4. Tetap berpatokan pada Pasang Pageh

Kirang langkung nunas sinampura

Redite Pon Prangbakat 1943