SPIRITUALITAS ADALAH BERAGAMA YANG MATANG


Masyarakat pada masa kini belajar agama untuk meningkatkan ilmu kerohanian dan moralitas, karena didalam agama sendiri tercantum tata cara mengenal Tuhan dan tata cara hidup dimasyarakat.

Didalam agama banyak menguraikan tentang hukum atau peraturan yang mengikat masyarakat agar patuh dengan hukum agama, termasuk hukuman yang dinamakan dosa yang akan menjadi ganjarannya.

Sebagian masyarakat lain beranggapan bahwa agama sendiri lahir dari pikiran - pikiran orang yang cerdas dan berpengetahuan kerohanian. Sebuah uraian kata - kata manusia rohani yang disesuaikan dengan tradisi sebelumnya, termasuk hukum adat yang telah ada di masyarakat. 

Manusia yang berpengetahuan ini dengan selalu menghubungkan diri terus menerus terhadap Tuhan pastinya akan memperoleh pengertian tertinggi tentang Tuhan dan rahasia kehidupanNya. Memperoleh pengetahuan yang supra inilah yang dinamakan jnana yoga yang didalamnya terdapat pelaksanaan disiplin meditasi.

Apa yang sesungguhnya membuat manusia itu selalu harus bermeditasi, tidaklah ada tindakan lain yang lebih pantas ketika manusia menginginkan ketenangan jiwanya agar sikap moral dan etikanya tetap terkontrol.

Kecendrungan manusia untuk mengelola dan mengendalikan pikiran - pikiran liarnya mengharuskan mereka selalu pada posisi hening dan tenang, inilah meditasi itu. Meditasi bisa diawali dengan memegang japam atau tasbih, menyebut nama Tuhan dengan berulang - ulang, menatap dupa hio seakan dupa tersebut satu satunya fokus pengendalian pikiran, bersujud berulang - ulang seakan dihadapan kita berada sosok penguasa hidup yang harus dihormati dan yang lainnya.

Pada dasarnya apapun cara kita untuk mengelola dan mengendalikan pikiran agar selalu terkontrol dan mengarah pada suatu kebajikan boleh dikatakan sedang melakukan meditasi.

Moral manusia yang baik pasti diawali dengan pengelolaan dan pengendalian pikirannya untuk selalu mengarah pada kebajikan dan etika kemasyarakatan yang baik. Menjaga moral yang baik ini mengharuskan manusia untuk selalu menjaga dan mengendalikan pikirannya, sehingga mengharuskan manusia tersebut disiplin melakukan meditasi. Selalu disiplin bermeditasi akan melahirkan pikiran yang tenang dan damai, pikiran tenang dan damai inilah mewujudkan bathin / buddhi yang selalu terhubung dengan Tuhan, sehingga boleh dikatakan meditasi akan menjadikan buddhi atau bathin manusia memperoleh serapan ilmu pengetahuan supra dan menjadikan manusia tersebut menjadi genius.

Hasil serapan pengetahuan sejati ini ditulisnya dan diperdengarkan kepada masyarakat lain, bahkan diwujudkan melalui tradisi dan budaya setempat, sehingga pengetahuan supra yang telah terbungkus tradisi dan budaya ini dikatakan AGAMA.

Agama oleh masyarakat tertentu dijadikan model pengembangan diri sebagai tokoh agama, sehingga munculah yang dikenal dengan nama guru atau nabi. Guru atau nabi inilah yang akan mengajarkan agama kepada masyarakat biasa, sehingga kembali melahirkan kondisi masyarakat yang aman, nyaman dan damai.

Pertanyaannya.....apakah semua guru atau nabe terlahir dari model penggalian dan asahan rohani yang sedemikian panjang ini ?

Apakah guru atau nabe tersebut sudah mampu menganalisa, membuka bungkus tradisi pada pengetahuan aslinya ?

Apakah guru atau nabe se tingkat memiliki pikiran dengan pembuat atau penggubah agama yang disiarkannya, sampai berani menjadi guru atau nabe ?

Sesungguhnya masyarakat tinggal memilih dan menyesuaikan dengan kondisi setempat, mana yang lebih dahulu dilakukan apakah belajar ilmu kerohanian dengan mengikuti aturan agama yang telah ada, atau melakukan penggalian dan asahan rohani terlebih dahulu sehingga mampu melakukan tradisi agama yang dianut saat ini lebih baik dan sesuai dengan hukum agama yg tertulis.

Selamat memilih ! Rahayu