MAKNA KEMATIAN PADA PEJUANG AGAMA DAN PRAKTISI SPIRITUALITAS

Kematian pada praktisi agama, pejuang agama bahkan tokoh agama sekalipun tetap merupakan masa berakhirnya tugas manusia itu berakhir. Akhir dari segala tujuan, akhir dari segala tujuan hidup, termasuk akhir dari segala prinsip kemanusiaan. Maka itu kematian bagi kaum ini merupakan musibah yang paling ditakuti dan yang paling tidak bisa dipungkiri.

Untuk itulah para praktisi agama, pejuang agama dan tokoh agama ini terkadang sengaja mengabaikan prinsip kematian ini sebagai dalih hal yang tidak perlu dipikirkan, sehingga mereka tetap dapat menjalankan tujuan sebagai pejuang agama, disamping itu pula karena didalam agama tidak dijelaskan secara rinci prinsip kehidupan setelah kematian.

Kematian pada praktisi spiritual adalah akhir kesadaran bertubuhkan fisik atau panca maha bhuta, namun jiwa, perasaan serta persepsi masih dirasakan sepanjang kesadaran tetap utuh. Sehingga prinsip kematian bagi praktisi spiritual adalah merupakan persalinan sementara dari bertubuhkan fisik menuju tubuh rohani yang abadi, dalam vajrajnana dikenal dengan bhodisatva.

Prinsip kematian pada praktisi spiritual merupakan proses hukum alam saja, dimana sudah saatnya perlintasan kita dibhumi telah selesai sebagai proses perlintasan yang dinamakan Dasa Nana yakni  sepuluh planet yang menjadi destinasi pariwisata spirit rohani yang memiliki perjalanan panjang.

Betapa konyol dan kerdilnya para pejuang agama yang seolah olah dengan menjadikan dirinya pejuang agama mampu membebaskan dirinya dari hukum alam semesta dengan tanpa memahami apalagi tanpa mengikuti penggalian yang dalam atas rahasia alam, karena waktu hidupnya habis untuk memperjuangkan agamanya bahkan Tuhannya dari pandangan masyarakat lain yang berbeda tafsir.

Perbedaan pandangan atau tafsir pada mereka yang masih berkutat pada lingkaran agama memang tidak bisa dihindari, karena memang agama itu sangat terbatas. Disinilah mereka terpancing dan terperosok pada lorong waktu yang sia-sia sebagai pejuang agama yang dengan gagah perkasa membela agamanya, padahal ada yang lebih penting sebagai prinsip kehidupan yakni kesadaran ( urip sejati ).

Kesadaran inilah prinsip hidup para praktisi spiritual yang membebaskan dirinya dari keterikatan agama yang sangat terbatas. Kesadaran inilah yang membuat para praktisi spiritual dalam hal ini dikenal sebagai kelompok penghayat atau penggali pengetahuan alam semesta yang dikenal we-ddhat, sehingga kelompok ajarannya dikenal weddhantta.

Kelompok weddhantta menghasilkan kaum yang cerdas dan penuh logika didalam memahami hukum alam termasuk rahasia hidup yang memerlukan pikiran genius dan tempaan hidup yang disiplin pada yoga dan tapa brata.
Berbeda dengan kelompok agama yang berasal dari kelompok kepentingan bahkan banyak yang memiliki motif sosial ekonomi bahkan kekuasaan yang dikenal feodalisme. Kenapa mereka kokoh pada perjuangan agamanya karena sejatinya ada motif dibalik perjuangangannya.

Agama memang rentan ditunggangi motif atau kepentingan karena latar belakang agama memang demikian, tujuan agama memang sebatas kepentingan kelompok namun tetap mengedepankan etika moral dan kesucian yang terbatas.
Dengan menunjukan diri sebagai sosok yang memiliki etika, moral dan kesucian ini, para praktisi agama akan mendapat penghargaan oleh masyarakat agama, bahkan akan dijadikan orang suci dengan gelar tertentu, segala kuasa agama, nah disinilah motif sosial ekonomi mulai muncul sebagai strategi hidup yang sempurna untuk mengumpulkan harta sebagai wujud kesuksesan hidup. Inilah tradisi kelompok brahmana dimasa lalu yang pernah dikecam dan dilabrak oleh kelompok weddhantta sebagai perjuangan memunjukan ajaran sejati atau ajaran kesadaran.

Berbeda dengan kaum praktisi spiritual yang lahir dari kelompok weddhantta, etika moral dan kesuciannya tidak perlu ditunjukan karena memang tidak ada motif kepentingan pribadi, untuk apa ditunjukan, bahkan menambah beban rohani disaat itu ditunjukan, selain sebagai penggalian rohani yang semakin dalam sampai akhirnya menemukan kesadaran yang utama yakni manunggal dengan alam.

Demikianlah sedikit pemaparan tentang perbedaan makna kematian pada kaum pejuang agama dan kaum spiritualitas yang memiliki prinsip yang sangat berbeda, semoga bisa dijadikan pengayaan dan komparasi ajaran disaat para sahabat memerlukan tambahan pengetahuan sebagai penyempurnaan.

Amoring acintya.......