KAWISVARA DALAM VAJRAJNANA [ TANTRA ].



Tattwam Siwan Sundaram adalah tiga karakter dalam satu alunan kegiatan pada sebuah proses kegiatan spirit dalam agama hindu. Tatwam adalah filsafat yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan tersebut, Siwam adalah kecerdasan didalam memformulasi kegiatan spirit tersebut menjadi sebuah mamfaat hidup, dan Sundaram adalah energi yang mampu menyatukan perbedaan dan aneka prinsip kehidupan, sehingga menimbulkan sebuah pandangan ikka ( tunggal ) dalam beraneka rupa bentuk.

Lila adalah suasana hati yang selalu gembira ria, rasa yang dipenuhi energi positif serta persepsi benar tentang kesejatian hidup pada ranah sundaram. Pada kehidupan masyarakat yang menjalani kehidupan dengan lila citta, tergambar kehidupan yang penuh harapan dengan masa depan yang terang dan terarah. Kesadaran tertinggi didapatkan masyarakat yang memiliki konsep lila atau seni, karena ungkapan guru bijak adalah ; " menyadari diri sedang melakukan kegilaan, adalah kesadaran utama hidup ini ".

Seni sastra atau kawisvara adalah ungkapan kata dan kalimat holistik dari seorang pujangga atau sastrawan, ungkapan rasa bathin yang dalam dari sebuah sadhana dhyana yoga seorang yogi, ungkapan kilauan energi cahaya yang terang dari serapan 108 sudut cahaya planet dari seorang praktisi tantra, serta ungkapan perasaan welas asih dan rasa sayang yang tulus dari sadhana seorang wanita suci sebagai perwujudan bunda semesta ( Prajnya Dattisvari ).

Kawisvara adalah untaian kalimat - kalimat yang diperoleh dari perenungan dan keterhubungannya dengan sumber pengetahuan sejati alam semesta. Keterhubungan dalam tantra adalah wajib dilakukan sebagai hubungan energi yang mengalir antara guru dan siswa selama penggalian ajaran. Kawisvara adalah salah satu keterhubungan yang tiada batas itu, termasuk samadhinya pada lelaku ajaran.

Ungkapan - uangkapan para pujangga atau sastrawan hanya dapat ditangkap dengan ikut menyelam dalam bathin beliau, rasa beliau, persepsi hidup beliau, bahkan cara pandang kehidupan beliau.
Metode menyelami bathin bisa juga dilakukan dengan mengikuti rute perjalanan beliau hanya mampu dilakukan dengan metode meditasi tahap menengah ( bavanavikrama ) bagi para praktisi meditasi, menyanyikan bait-bait gita yang tertulis melalui alunan nafas adwaya, adwajnana, serta dasa sila parimitha bagi mereka seorang bodisatva, dan dengan jalan ikut menari dalam intonasi dan lirik nyanyian bathin sastrawan bagi para bhakta siwa natha raja.....dan bisa juga dilakukan dengan konsep manunggaling atma dengan perenungan jiwa yang menyatu.

Melakukan penelusuran dan napak tilas dari tempat para sastrawan kuno menggoreskan tangannya diatas daun lontar adalah anugerah yang tak terhingga rasanya, kedamaian ruang, keindahan pemandangan serta holistiknya energi di gua - gua lereng gunung yang sangat terjal.  Itulah yang melahirkan nama ' dukuh ' yang memiliki arti yang sangat dalam yakni kontemplasi bathi dengan alam semesta.

Perenungan pada alam kesadaran adalah tempat beliau menggali seluruh potensi keindahan. Dengan bertelanjang ego dan nafsu para sastrawan melepaskan seluruh keinginan pribadinya demi untuk persembahan kepada masyarakat dan kehidupan lainnya. Kepedulian melalui menyerap seluruh pengetahuan dan rahasia alam semesta beliau laksanakan dan menuliskannya pada sebuah daun lontar yang terselip dipinggang.

Demikianlah peran seni sastra dalam memahami sebuah ajaran dengan konsep philosofy tinggi, marilah kita bangkitkan budaya membaca dan menulis karya sastra dan seni kesusastraan dalam rangka mengisi diri disamping berkehidupan beragama pasaran saat ini.

Rahayu