TANTRA BHIRAWA || VAJRAJNANA


Pandangan Vajrajnana sebagai penggali ajaran kuno yang berlatar belakang Waishnawa, maka sudah sepantasnya kita harus memahami kualitas hidup sebagai landasan kemapanan terhadap perkembangan mental spiritual sebagai masyarakat yang cerdas serta genius.

Setelah memahami pengertian tertinggi tentang panca skanda sebagai fokus spiritualitas dalam vajrajnana, maka sebagai kesimpulan atau inti spiritualitas tersebut terletak pada kesadaran hidup.
Kesadaran adalah pusat pengendalian dari tubuh fisik, jiwa, perasaan serta persepsi pikiran manusia yang hidup diantara berbagai dunia atau bawana, seperti pada sunyata bawana dan sekala bawana.

Vajrajnana mengarahkan harus bisa memahami bahwasanya tubuh kesadaran itu adalah mahluk sunyata yakni sosok yang berwujud kosong dan juga berasal dari alam kosong, berwajah sunyata yakni tak berwujud apapun. Maka itu kita harus mencari, menggali serta menemukan wujud sejati kita itu seperti apa gerangan.

Dalam penjabaran àjaran lanjutan sebagai penyempurnaan kuktivasi  vajrajnana pertama, maka kesadaran sunyata itu adalah adalah tubuh devà dan tubuh bhutà yang menjadi induk kehidupannya.

Dewa adalah mahluk sunyata yang berstana pada akasa bawana, disangga oleh empat kekuatan energi alamnya, dimana keempat wujud penyangganya atau skanda merupakan bagian dari kesadarannya sebagai buddha.
Kesadaran buddha ini adalah Sanghyang Manu dengan masing - masing penyangga masuk sebagai karakter manusia ibarat para brahmana yang cerdas yang sangat tak terbatas pada seluruh bavana sehingga dipandang sebagai Siwa.

Bhuta adalah kesadaran sunyata yang kedua yakni kesadaran sebagai mahluk yang memiliki kekuatan yang sangat dahsyat atau shakti. Kesadaran wujud bhuta disangga oleh tiga kekuatan imajinatif supra yang dikenal triguna yakni satwam, rajas dan tamas. Dan ketiga kekuatan ini hanya mampu diwujudkan dengan tiga karakter sifat yakni menghilangkan kebodohan, menghilangkan keserakahan dan menghilangkan keragu-raguan. Ketiga sifat ini membawa pada kesadaran Vajrakilaya.

Yang paling nyata adalah sebagai tubuh fisik kita berwujud Jalma  yang memiliki kesadaran  bertubuhkan fisik, didalamnya ada jiwa yang luhur, perasaan yang dalam atas adanya mahluk lain, serta pikiran sebagai persepsi hidup cerdas dan berlogika dan dikenal sebagai Vajrasatva.

Demikianlah tentang kesadaran manusia sebagai penggalian dan pengembangan spirit sejati pada khasanah masyarakat yang butuh ajaran murni nusantara.
Semoga dapat difahami sebagai model pembelajaran spiritual yang berbasis kecerdasan dan kesadaran ( filosofy ) bukan keyakinan yang asal asalan ( mitologi ), dengan metode pembelajarannya pada prinsip guron aguron di Sangga Budhaireng.

Om Vajrajnana Ya Hum.